Memuat berita yang memihak kepada ISLAM

Desember 15, 2008

Islam dan Jerman dalam Sejarah

Filed under: Berita Islam, Seputar pemikiran islam — Tag:, , , — iaaj @ 10:53 am

ditulis oleh Nugroho Fredivianus sumber dari warnaislam.com

Masih segar di ingatan kita beberapa bulan yang lalu kalangan Islam di seluruh dunia dibuat geram karena ulah sekelompok politisi menyelenggarakan “Anti-Islamification Congress” di Jerman. Pertemuan yang disponsori oleh kalangan sayap kanan beberapa negara Eropa tersebut diselenggarakan di kota Köln atau Cologne, kota terbesar ketiga di negeri itu. Tidak lama sebelum itu, kota yang sama juga diramaikan oleh rencana pembangunan Masjid Agung yang proposalnya telah disetujui oleh parlemen.

Gerakan penolakan muncul ditandai dengan terbentuknya aliansi Pro-Köln (Untuk Cologne) disingkat PK, yang beranggotakan beberapa aktifis politik setempat. Kekuatan politik lain yang tidak sepakat menyatakan bahwa PK adalah gerakan ekstrimis, mengusung rasisme dan disinyalir sebagai titisan dari Nazi yang ajarannya ‘diharamkan’ di Jerman. Tidak hanya itu, kalangan aktifis beraliran sosialis-marxis pun dengan tegas menolak diselenggarakannya acara tersebut. Mereka melakukan aksi terkoordinir dan mengajak elemen masyarakat untuk memboikot acara tersebut. Tertulis di salah satu situs marxisme, “they were aghast to discover that no taxi driver would take them to their destination, no restaurant honoured their table reservation and no hotel would give them keys to their rooms.”

“Mereka terperanjat karena tahu bahwa semua supir taksi tidak mau membawa mereka, tidak ada restoran menyediakan meja, dan semua hotel tidak mau memberikan kunci kamar untuk mereka.”

Bahkan kalangan kiri ini mengungkapkan apresiasinya terhadap sikap kubu Kristen Demokrat yang juga menolak agenda fasis tersebut. Walikota Cologne dari partai CDU (Christlich Demokratische Union Deutschlands) Fritz Schramma berpidato dengan lantang mengutuk dan menentang diselenggarakannya kongres di kotanya. Cukup menakjubkan mengingat CDU beberapa saat sebelumnya bersuara menolak pembangunan Masjid Agung di Cologne. (more…)

Desember 13, 2008

Muhammadiyah: Antara, Pembaruan dan Pembauran

Filed under: Henry Salahuddin,MA, Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 9:08 am

sumber dari hidayatullah.com
Muhammadiyah dikenal dengan gerakan pembaharuan (tajdid) yang dikenal dengan TBC. Kini, sedang dilanda gerakan baru “pembauran” dengan menawarkan konsep multikulturalisme-sinkritisme

Oleh: Henri Shalahuddin, MA *

Muhammadiyah sejak lahirnya dikenal sebagai organisasi yang konsisten dengan gerakan pembaruan (tajdid) dalam mengikis praktik-praktik penyimpangan agama. Pembaruan yang disuarakan Muhammadiyah adalah pemurnian agama dari segala bentuk Takhayul, Bid’ah dan Churafat (TBC), sekaligus merupakan upaya pencegahan terhadap munculnya praktik pembauran (sinkritisme) tradisi dan keyakinan pagan yang berseberangan dengan akidah Islam.

Gerakan pembaruan ini terbukti efektif dalam membentengi akidah umat. Tokoh-tokoh Muhammadiyah berikutnya pun meneruskan pola dakwah ini. Mereka dengan arif membimbing masyarakat untuk menjadi muslim yang lebih baik. Konsekwensinya, para tokoh Muhammadiyah pun memperbaiki mutu pendidikan. Mereka tidak serta merta mengkafir-kafirkan atau menganjurkan aksi anarkhis pada sebagian umat yang masih terjangkit TBC, apalagi jika disebabkan ketidaktahuan.

Ternyata, setelah waktu berselang, ada segelintir tokoh internal Muhammadiyah yang mulai mempertanyakan, mengusik bahkan menyalah-nyalahkan pemberantasan TBC yang menjadi pola pembaruan awal di Muhammadiyah. Pola ini dinilainya tidak akomodatif dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal. Di samping itu, pola TBC juga diyakini bertentangan dengan semangat multikulturalme dan bahkan, tidak segan-segan dipandang sebagai pemicu radikalisme dan anarkhisme. (more…)

“Bal’am Kontemporer” dan Prototype Penghancur Islam

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, — iaaj @ 9:05 am

sumber dari hidayatullah.com
Al-Quran menamai orang-orang yang suka “melacurkan ilmu” demi dunia ibarat “anjing” yang menjulurkan lidahnya. Itulah prototype Bal’am ibn Ba’ura

Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *

Adalah Bal’am ibn Ba’ura. Seorang alim yang memiliki ilmu mumpuni di kalangan Bani Isra’il. Hujjah-hujjah dan dalil-dalilnya dalam mengeluarkan ilmu sangat luar biasa. Karena dia diberi pemahaman mendalam tentang Taurat oleh Allah s.w.t.

Namun akhirnya, dia menyalah-gunakan keilmuannya demi kepentingan duniawi. Dia gunakan keilmuannya bukan untuk kepentingan umat, tapi kepentingan pribadi dalam menumpuk-numpuk kenikmatan sesaat, palliative. Oleh karenanya, Rasulullah s.a.w. ketika di Madinah, diperintah oleh Allah untuk menceritakan kisah Bal’am ini kepada orang-orang Yahudi di Madinah sebagai pelajaran berharga bagi ummat, setidaknya agar tahu kerusakan ilmu yang telah dilakukan Bal’am.

Pelacuran Intelektualitas

Orang-orang beilmu sebenarnya dipilih Allah. Karena Dialah sumber ilmu: al-‘alim, al-‘allam. Dengan ilmu itu Allah menginginkan pemiliknya menjadi orang-orang yang terangkat derajatnya (Qs. Al-Mujadilah: 11). Namun jika disalahgunakan, ilmu pun menjadi malapetaka. Karena yang lahir adalah “pelacuran” intelektualitas. Dan Bal’am adalah contohnya. Di mana, di zaman Rasulullah saja, kerusakan ilmu dan “pelacuran” intelektual sudah ada.

Kejahilan ilmu dan “pelacuran intelektual” seperti Bal’am diibaratkan oleh Allah seperti “anjing”. Kenapa harus anjing? Karena anjing itu bermental penjilat dan pragmatis. Jika dihalau, anjing akan menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan dia akan tetap menjulurkannya lidahnya. Mental penjilat dan pribadi pragmatis –dalam keilmuan—dimana pun sama. Mereka adalah “anjing-anjing” penjilat dan penjual kebenaran, melacurkan ilmu pengetahuan dan intelektualitas mereka. (more…)

Kebenaran yang Hilang: Menghilangkan Kebenaran? [3]

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 3-Habis

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Abdurrahman bin Auf Tidak Pernah Memberontak

Entah dari mana asalnya Farag Fouda bisa mengatakan bahwa Abdurrahman bin Auf hendak mengangkat senjata memberontak Utsman, bahkan dia mempersilakan Ali serta memprovokasi para sahabatnya agar segera memberontak terhadap kekuasaan Utsman. Memang ada sebuah sumber yang disebutkan, yakni sebuah buku karangan Thaha Husain. Tetapi, Thaha Husain sama saja dengan Farag Fouda: sama-sama sekular dan sama-sama hobi mengacak-acak agama. Jadi, jeruk makan jeruk. Bahkan, bisa jadi sumber asal yang dipakai Thaha Husein bukanlah sumber beneran, melainkan hasil imajinasi sesatnya belaka, alias sumber yang asal-asalan.

Terdapat segudang alasan kenapa Abdurrahman bin Auf tidak pernah mempersilakan Ali untuk memberontak, berniat memberontak, dan menyuruh para sahabatnya untuk memberontak terhadap Utsman. Di antaranya, alasan pertama; Abdurrahman bin Auf adalah saudara iparnya Utsman bin Affan. Istri Abdurrahman yang bernama Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu’aith adalah saudara perempuan Utsman bin Affan seibu. Ibu Utsman dan juga ibu Ummu Kultsum adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah.

Meskipun bisa saja antar sesama saudara bermusuhan, namun untuk kasus ini, tampaknya sulit terjadi. Sebab, tidak ada faktor yang membuat Abdurrahman bin Auf harus memusuhi Utsman, dan juga tidak ada riwayat shahih yang mengatakan adanya permusuhan antara Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan.

Alasan kedua; Pada masa Umar, Abdurrahman bin Auf diangkat sebagai pemimpin haji kaum muslimin. Dan pada masa Utsman, Abdurrahman bin Auf juga masih dipercaya oleh Utsman sebagai pemimpin haji kaum muslimin. Artinya, jika Abdurrahman bin Auf menunjukkan sikap perlawanan dan penentangannya terhadap Utsman, tentu Utsman tidak akan memberikan kepercayaan besar ini kepadanya.

Alasan Ketiga; Al-Miswar bin Makhramah menceritakan, bahwa salah satu tanah milik Abdurrahman bin Auf pernah dibeli oleh Utsman bin Affan seharga empat puluh ribu dinar. Oleh Abdurrahman, uang tersebut dibagikan semuanya kepada orang-orang miskin dari Bani Zuhrah, istri-istri Nabi, dan orang-orang yang membutuhkan. Saat Al-Miswar menemui Aisyah untuk memberikan bagiannya, ia bertanya, “Dari siapa ini?” Kata Al-Miswar, “Dari Abdurrahman bin Auf.” Aisyah berkata, “Semoga Allah memberikan minum kepada Ibnu Auf dari mata air surga.” (more…)

Kebenaran yang Hilang: Menghilangkan Kebenaran? [2]

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , , — iaaj @ 8:59 am

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 2

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Keshahihan Hadits Kepemimpinan Quraisy

Pada bagian lain, kekesatan buku Faraq Fouda adalah kelicikannya menggiring pembaca untuk menafikan hadits dengan memelintirkan sejarah. Fouda berkata;

“Karena itu untuk membantah hal ini, tidak ada jalan keluar bagi anda kecuali mencermati kembali kasus perkumpulan Tsaqifah Bani Saidah di kota Madinah. Saat itu, kaum Anshar telah berkumpul untuk mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin mereka setelah mangkatnya Rasulullah. Karena itu, Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah al-Jarrah segera berangkat ke sana untuk mencalonkan Abu Bakar. Ketika itu terjadi polemik panjang antara kedua kubu sampai terpilihnya Abu Bakar. Ketika anda mencermati polemik yang berkembang saat itu, ajaibnya anda tidak menemukan sama sekali penggunaan hadis Nabi. Artinya, kalau hadis itu benar-benar shahih, tidak mungkin Saad bin Ubadah, pemuka Khazraj, akan mencalonkan dirinya untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah. Abu Bakar, Umar, dan al-jarrah, pun mencukupkan diri dengan mempersiapkan perdebatan yang sehat. Mereka tidak menyebut-nyebut hadis sama sekali,19 padahal – jika hadis itu memang ada – itu akan menjadi senjata ampuh yang akan segera mengakhiri polemik.”

Perkataan Fouda, “Karena itu, Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah al-Jarrah segera berangkat ke sana untuk mencalonkan Abu Bakar,” adalah salah satu contoh perkataan ngawur, tidak berdasar, dan tidak berbau ilmiah sama sekali. Sungguh, tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan bahwa kepergian tiga orang tokoh sahabat ke Saqifah Bani Saidah ini untuk mencalonkan Abu Bakar.

Faktanya (al-haqiqah), justru waktu itu Abu Bakar mempersilakan para sahabat untuk memilih salah satu antara Umar atau Abu Ubaidah.
(more…)

Kebenaran yang Hilang Atau Menghilangkan Kebenaran?

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 8:56 am

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 1

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Belum lama ini, sebuah buku berjudulkarya Farag Fouda berujudul asli al-Haqiqah al-Ghaybah, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Yayasan Wakaf Paramadina. Judulnya, “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin”. Buku ini penuh dengan tuduhan buruk terhadap sahabat Nabi.

Farag Fouda yang dihukumi murtad oleh Syaikh Muhammad Al-Ghazali rahimahullah dan diamini oleh para ulama Al-Azhar ini, mengawali bukunya dengan sebuah mukadimah yang ‘jujur’. Tergambar dengan gamblang di sana, bagaimana niat Fouda sesungguhnya dalam mengarang buku ini; sebuah niat yang buruk.

Setidaknya, terlihat dari bunyi beberapa kalimat pembuka mukadimahnya, “Perbincangan ini nanti akan dikritik oleh banyak orang. Sebab, mereka hanya senang mendengar apa yang disukai. Bagaimanapun, diri ini memang cenderung pada apa yang disukai dan membenarkan apa yang sudah mapan, sehingga ia sulit menerima versi yang lain sekalipun terbukti ia adalah benar… dst.” (more…)

Desember 12, 2008

Antara Siyasah Syar’iyyah dan Benturan Pemikiran

ditulis oleh Mirzah Abdulaziz
sumber dari warnaislam.com

Fiqih politik atau fiqih siyasah syar’iyyah menurut perspektif syariat merupakan salah satu dari beberapa aspek fiqih Islam yang luas, yang mencakup semua sisi kehidupan manusia. Termasuk dalam upaya menjamin hak-hak setiap manusia, tak bisa dipungkiri hal ini sangat erat kaitannya dengan hak-hak politik. Karena setiap manusia yang hendak mendapatkan atau mewujudkan tujuan atau keinginan pribadi dan bersama, maka pasti akan melakukan upaya politik tersebut baik lewat partisipasi politik maupun pemikiran-pemikiran politik.

Islam memandang berpikir itu sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab dengan berpikir, manusia menyadari posisinya sebagai hamba dan memahami fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi. Al-Quran berkali-kali merangsang manusia, agar banyak memikirkan dirinya, lingkungan sekitarnya, dan alam semesta. Sebagaimana firman Allah SWT; “Hanya orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”.[1]

Diantara fenomena yang disadari oleh sebagian pengkaji teori-teori politik secara umum terdapat hubungan yang erat antara timbulnya pemikiran-pemikiran politik dan perkembangan kejadian-kejadian historis. Sifat hubungan diantara keduanya berubah-ubah, terkadang pemikiran-pemikiran itu tampak menjadi penggerak terjadinya berbagai kejadian dan tekadang menjadi pendorong atau rahim yang melahirkan pendapat-pendapat itu.
Falsafah Politik

Kita dapat mendefinisikan pemikiran politik dengan melihat masalah-masalah dan topik-topiknya, yaitu macam pemikiran yang bertujuan untuk memberikan solusi atas masalah-masalah yang ditimbulkan oleh “masyarakat politik”. Namun, apakah itu masyarakat politik? Dan apa itu politik?

Suatu masyarakat dikatakan sebagai masyarakat politik jika ia mempunyai lembaga kekuasaan yang khusus, yang dapat menetapkan hukum dan undang-undang, yang ia buat atau ia adopsi, yang mengatur perilaku masyarakat. Kemudian hukum dan undang-undang itu ia aplikasikan kepada masyarakat dan memaksa mereka untuk mematuhinya. Lalu undang-undang itu dipatuhi secara umum oleh masyarakat dan diakui mempunyai kekuatan dengan sukarela atau terpaksa, juga ia diakui sebagai kekuatan material.[2] (more…)

Mari ‘Memahami’ Islam Liberal

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 4:09 am

ditulis oleh Mirzah Abdulaziz
sumber dari warnaislam.com

Keberadan JIL (Jaringan Islam Liberal) cukup menarik perhatian masyarakat muslim Indonesia karena pesan-pesan atau wacana-wacana kontroversial yang dibawa oleh kelompok ini. Misalnya pertama, tentang teologi inklusif-pluralis; suatu gagasan yang mendangkalkan akidah umat dengan menyamakan dan mesejajarkan semua agama.

Kedua, penolakan kelompok ini terhadap syariat Islam sebagai sebuah legal karena mereka menilai penerapan syariah akan berdampak pada “kemunafikan”. Artinya jika seseorang yang tidak ingin shalat atau memakai jilbab, kemudian dipaksa memakai jilbab, maka hal ini akan memunculkan kemunafikan karena orang tersebut tidaklah melakukan perintah syariat dengan suka rela, tapi karena dipaksa. Ketiga, tujuan dibentuknya JIL, yaitu untuk menghentikan—menurut penilaian mereka—gerakan Islam Fundamentalis atau Islam Militan yang mereka nilai berbahaya untuk perkembangan demokratisasi.

Suatu gerakan biasanya memulai prioritas aktivitasnya dengan mempersepsikan terlebuh dahulu apa yang menjadi musuh atau ancamannya. JIL menyatakan gerakannya bertujuan untuk melawan atau menghambat gerakan Islam militan atau Islam fundamentalis. Demi terwujudnya wajah Islam yang “teduh” dan “cinta damai”.
Mengenal Tujuan dan Ciri Gerakan

JIL merumuskan tujuan gerakannya dalam beberapa hal. Pertama, memperkokoh landasan demokratisasi lewat penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, dan humanisme. Kedua, membangun kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan. Ketiga,mendukung dan menyebarkan gagasan keagamaan yang pluralis, terbuka, dan humanis. Keempat, mencegah pandangan keagamaan yang militant.

Ada empat ciri kaum liberal di Imdonesia. Pertama,, mereka percaya bahwa isi dan substansi ajaran agama Islam jauh lebih penting daripada bentuk dan labelnya. Dengan menekankan substansi agama moral, sangat mudah bagi kaum liberal ini untuk mencari common ground dengan penganut agama dan kaum moralis lainnya untuk membentuk aturan public bersama. (more…)

Mengapa Berkiblat Pada ‘HAM’?

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 4:05 am

ditulis oleh Mirzah Abdulaziz
sumber dari warnaislam.com

Mengambil judul diatas membuat penulis bermaksud mengatakan bahwa mengapa kita berkiblat pada HAM versi Barat padahal dalam Islam sendiri, hak-hak manusia sudah termaktub secara tegas. Dasar-dasar HAM ini tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.

Jika kita berbicara tentang hak-hak manusia dalam Islam, maka yang dimaksudkan adalah hak-hak yang diberikan oleh Allah SWT. Hak-hak yang diberikan oleh raja-raja atau majelis-majelis legislatif dengan mudahnya bisa dicabut kembali semudah saat memberikannya, tetapi tidak ada individu maupun lembaga yang memiliki wewenang untuk mencabut hak-hak yang diberikan oleh Tuhan. Dan hak-hak ini dikodifikasi dalam ajaran Islam.

Sebelum Islam datang, masyarakat jāhiliyyah hidup dalam kegelapan (azh-zhulumāt). Setelah Islam datang, maka Islam mengeluarkan mereka dari kegelapan tersebut kepada cahaya (al-nūr). Hidup dalam kegelapan, mereka tidak dapat membedakan antara yang baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, halal dan haram, ma’ruf dan mungkar, hak dan kewajiban dan seterusnya.

Dengan kedatangan Islam, mereka mengetahui perbedaan tersebut. Dalam hubungannya dengan hak-hak asasi manusia, maka di zaman jāhiliyyah dapat dijadikan contoh bahwa yang kuat berada di atas yang lemah, yang kaya berada di atas yang miskin, yang pintar berada di atas yang bodoh dan seterusnya. Dan hal-hal tersebut mengidentifikasikan suatu kondisi sebuah masyarakat yang tidak menyadari hak-hak tiap individu. (more…)

Wajah Barat

Ditulis Oleh Hamid Fahmy Zarkasyi
sumber dari insistnet.com

Suatu hari David Thomas, Pendeta dan Professor teologi di Selly Oak College, Universitas Birmingham, Inggris ditanya seorang mahasiswanya yang Muslim.

“Are you happy with the Western civilization?” “No, not at all” jawabnya tegas.

“Why?” tanyanya. Sebab, paparnya, Barat dan orang-orang Barat maju dan berkembang bukan karena Kristen.

Bos pabrik cokelat Cadbury, katanya mencontohkan, menyumbang dana jutaan Poundsterling untuk membangun perpustakaan Selly Oak bukan karena ia seorang Kristen, tapi karena ia kaya dan punya dana sosial lebih.

Jawaban Thomas mengungkap fakta sejarah. Barat bukan Kristen. Sejarawan Barat seperti Onians, R.B, Arthur, W.H.A, Jones, W.T.C, atau William McNeill, umumnya menganggap “Ionia is the cradle of Western civilization” dan Bukan Kristen. Agama Kristen malahan telah ter-Baratkan. Thomas sepertinya ingin mengatakan bahwa Barat tidak lahir dari pandangan hidup Kristen.

Sosoknya mulai nampak ketika marah dan protes terhadap otoritas gereja. Agama dipaksa duduk manis di ruang gereja dan tidak boleh ikut campur dalam ruang publik. Diskursus teologi hanya boleh dilakukan dengan bisik-bisik. Tapi orang boleh teriak anti agama. Hegemoni diganti dengan hegemoni. Barat adalah alam pikiran dan pandangan hidup. (more…)

Konsep Kurban dalam Islam

Filed under: Henry Salahuddin,MA, Seputar pemikiran islam — Tag:, — iaaj @ 3:58 am

Ditulis Oleh Henri Shalahuddin
sumber dari insistnet.com

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam memperingati Hari Raya Kurban. Dzulhijjah adalah di antara bulan-bulan yang memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari-hari, di mana amalan saleh di dalamnya lebih dicintai Allah daripada (amalan saleh) di 10 hari pertama (bulan Dzulhijjah). Para Sahabat bertanya: Apakah termasuk jihad di jalan Allah? Beliau bersabda: Ya, termasuk jihad (yang dilakukan di luar 10 hari tsb), kecuali orang yang pergi (berjihad) dengan nyawa dan hartanya, dan dia tidak kembali lagi. HR. Bukhari

Di antara amalan saleh terpenting di bulan Dzulhijjah, selain ibadah haji adalah ibadah kurban. Berkenaan dengan fadilah kurban ini dapat kita simak Hadits berikut ini: Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu? Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Para Sahabat bertanya: “Apa keutamaan yang akan kami peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. ibn Majah).

Di samping itu, Rasulullah SAW juga bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kelapangan, namun tidak berkurban, maka janganlah sekali-kali mendekati tempat shalat kami” (sunan Ibn Majah, 3123)

Makna Kurban

Kurban dalam bahasa arab berakar kata dari qaruba. Akar kata ini membentuk kata: qurb (dekat), taqarrub (mendekatkan diri) aqriba’ (kerabat) dsb. Menurut para pakar bahasa Arab, kurban bermakna suatu sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah (lihat: Ma’ani l-Qur’an). Al-Mawardi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kurban adalah amal kebajikan yang ditujukan menggapai Rahmat Allah. Sedangkan dalam Mu’jam Wasith kurban berarti segala bentuk amalan untuk bertaqarrub kepada Allah, baik berupa penyembelihan maupun lainnya. (more…)

UPAYA MELIBERALKAN GURU AGAMA

Filed under: Adian Husaini,MA, Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 3:55 am

Ditulis Oleh Adian Husaini
sumber insistnet.com

Pada 25 November 2008, situs berita Detik.com menurunkan sebuah berita berjudul ”Guru Agama Islam di Jawa Masih Konservatif”. Berdasarkan hasil survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (PPIM-UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ditemukan bahwa ”Guru-guru agama Islam sekolah umum di Jawa masih bersikap konservatif. Bahkan, para guru tersebut sangat rendah dalam mengajarkan semangat kebangsaan.”

Direktur PPIM-UIN Jakarta Dr. Jajat Burhanudin mengatakan, bahwa survei dilakukan terhadap 500 guru di 500 SMA/SMK di Jawa selama kurun Oktober 2008. Responden dipilih dengan menggunakam metode random acak sederhana. Selain itu juga dilakukan wawancara terstruktur terhadap 200 siswa. “Dari 500 responden, 67,4% mengaku merasa sebagai orang Islam dan hanya 30,4% yang merasa sebagai orang Indonesia,” tambah dosen Fakultas Adab UIN Jakarta tersebut.

Lokasi survei dilakukan di kota-kota besar dan menengah di Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, Malang, Solo dan Cirebon. Berdasarkan hasil survei tersebut, Jajat merasa khawatir terhadap keberlangsungan berkebangsaan ke depan. Pemahaman kebangsaan yang sempit bisa mempengaruhi wawasan kebesangaaan. “Banyak faktor kenapa guru agama berperilaku seperti itu, bisa karena pemahaman individu guru,kurikulum atau rendahnya dialog antar agama. Padahal itu di SMA/SMK umum, bukan disekolah agama,” pungkasnya. Begitulah berita dari Detik.com. (more…)

Merombak Kurikulum Demi Kesetaraan Gender

Filed under: Adian Husaini,MA, Seputar pemikiran islam — iaaj @ 3:49 am

Ditulis Oleh Adian Husaini
sumber insistnet.com

Salah satu proyek favorit dalam liberalisasi Islam adalah penyebarluasan paham kesetaraan gender di tengah masyarakat Muslim. Proyek ini banyak sekali mendapatkan bantuan dari negara-negara Barat. Biasanya, proyek ini berlindung di balik jargon ”meningkatkan martabat wanita”. Sebagai contoh, simaklah salah satu program politik luar negeri AS di Indonesia: ”Amerika Serikat juga memberikan pendanaan kepada berbagai organisasi Muslim dan pesantren untuk mengangkat persamaan jender dan anak perempuan dengan memperkuat pengertian tentang nilai-nilai tersebut di antara para pemimpin perempuan masyarakat dan membantu demokratisasi serta kesadaran jender di pesantren melalui pemberdayaan pemimpin pesantren laki-laki dan perempuan.” (lihat:http://www.usembassyjakarta.org/bhs/Laporan/indonesia_Laporan_deplu-AS.html

Disamping AS, negara-negara Barat lainnya, seperti Kanada, Australia, dan sebagainya, juga aktif membantu pendanaan proyek-proyek gender di Indonesia. Dengan proyek gender itulah, katanya, mereka bermaksud memajukan kaum wanita di Indonesia. Karena dananya begitu melimpah, maka tidak mengherankan, jika proyek gender ini banyak mendapatkan peminat. Ada gula ada semut. Ada uang ada proyek. Jika mau dapat uang cepat, ambil saja proyek kesetaraan gender. (more…)

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.