ditulis oleh Nugroho Fredivianus sumber dari warnaislam.com
Masih segar di ingatan kita beberapa bulan yang lalu kalangan Islam di seluruh dunia dibuat geram karena ulah sekelompok politisi menyelenggarakan “Anti-Islamification Congress” di Jerman. Pertemuan yang disponsori oleh kalangan sayap kanan beberapa negara Eropa tersebut diselenggarakan di kota Köln atau Cologne, kota terbesar ketiga di negeri itu. Tidak lama sebelum itu, kota yang sama juga diramaikan oleh rencana pembangunan Masjid Agung yang proposalnya telah disetujui oleh parlemen.
Gerakan penolakan muncul ditandai dengan terbentuknya aliansi Pro-Köln (Untuk Cologne) disingkat PK, yang beranggotakan beberapa aktifis politik setempat. Kekuatan politik lain yang tidak sepakat menyatakan bahwa PK adalah gerakan ekstrimis, mengusung rasisme dan disinyalir sebagai titisan dari Nazi yang ajarannya ‘diharamkan’ di Jerman. Tidak hanya itu, kalangan aktifis beraliran sosialis-marxis pun dengan tegas menolak diselenggarakannya acara tersebut. Mereka melakukan aksi terkoordinir dan mengajak elemen masyarakat untuk memboikot acara tersebut. Tertulis di salah satu situs marxisme, “they were aghast to discover that no taxi driver would take them to their destination, no restaurant honoured their table reservation and no hotel would give them keys to their rooms.”
“Mereka terperanjat karena tahu bahwa semua supir taksi tidak mau membawa mereka, tidak ada restoran menyediakan meja, dan semua hotel tidak mau memberikan kunci kamar untuk mereka.”
Bahkan kalangan kiri ini mengungkapkan apresiasinya terhadap sikap kubu Kristen Demokrat yang juga menolak agenda fasis tersebut. Walikota Cologne dari partai CDU (Christlich Demokratische Union Deutschlands) Fritz Schramma berpidato dengan lantang mengutuk dan menentang diselenggarakannya kongres di kotanya. Cukup menakjubkan mengingat CDU beberapa saat sebelumnya bersuara menolak pembangunan Masjid Agung di Cologne. (more…)