Memuat berita yang memihak kepada ISLAM

Desember 13, 2008

Muhammadiyah: Antara, Pembaruan dan Pembauran

Filed under: Henry Salahuddin,MA, Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 9:08 am

sumber dari hidayatullah.com
Muhammadiyah dikenal dengan gerakan pembaharuan (tajdid) yang dikenal dengan TBC. Kini, sedang dilanda gerakan baru “pembauran” dengan menawarkan konsep multikulturalisme-sinkritisme

Oleh: Henri Shalahuddin, MA *

Muhammadiyah sejak lahirnya dikenal sebagai organisasi yang konsisten dengan gerakan pembaruan (tajdid) dalam mengikis praktik-praktik penyimpangan agama. Pembaruan yang disuarakan Muhammadiyah adalah pemurnian agama dari segala bentuk Takhayul, Bid’ah dan Churafat (TBC), sekaligus merupakan upaya pencegahan terhadap munculnya praktik pembauran (sinkritisme) tradisi dan keyakinan pagan yang berseberangan dengan akidah Islam.

Gerakan pembaruan ini terbukti efektif dalam membentengi akidah umat. Tokoh-tokoh Muhammadiyah berikutnya pun meneruskan pola dakwah ini. Mereka dengan arif membimbing masyarakat untuk menjadi muslim yang lebih baik. Konsekwensinya, para tokoh Muhammadiyah pun memperbaiki mutu pendidikan. Mereka tidak serta merta mengkafir-kafirkan atau menganjurkan aksi anarkhis pada sebagian umat yang masih terjangkit TBC, apalagi jika disebabkan ketidaktahuan.

Ternyata, setelah waktu berselang, ada segelintir tokoh internal Muhammadiyah yang mulai mempertanyakan, mengusik bahkan menyalah-nyalahkan pemberantasan TBC yang menjadi pola pembaruan awal di Muhammadiyah. Pola ini dinilainya tidak akomodatif dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal. Di samping itu, pola TBC juga diyakini bertentangan dengan semangat multikulturalme dan bahkan, tidak segan-segan dipandang sebagai pemicu radikalisme dan anarkhisme. (more…)

“Bal’am Kontemporer” dan Prototype Penghancur Islam

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, — iaaj @ 9:05 am

sumber dari hidayatullah.com
Al-Quran menamai orang-orang yang suka “melacurkan ilmu” demi dunia ibarat “anjing” yang menjulurkan lidahnya. Itulah prototype Bal’am ibn Ba’ura

Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *

Adalah Bal’am ibn Ba’ura. Seorang alim yang memiliki ilmu mumpuni di kalangan Bani Isra’il. Hujjah-hujjah dan dalil-dalilnya dalam mengeluarkan ilmu sangat luar biasa. Karena dia diberi pemahaman mendalam tentang Taurat oleh Allah s.w.t.

Namun akhirnya, dia menyalah-gunakan keilmuannya demi kepentingan duniawi. Dia gunakan keilmuannya bukan untuk kepentingan umat, tapi kepentingan pribadi dalam menumpuk-numpuk kenikmatan sesaat, palliative. Oleh karenanya, Rasulullah s.a.w. ketika di Madinah, diperintah oleh Allah untuk menceritakan kisah Bal’am ini kepada orang-orang Yahudi di Madinah sebagai pelajaran berharga bagi ummat, setidaknya agar tahu kerusakan ilmu yang telah dilakukan Bal’am.

Pelacuran Intelektualitas

Orang-orang beilmu sebenarnya dipilih Allah. Karena Dialah sumber ilmu: al-‘alim, al-‘allam. Dengan ilmu itu Allah menginginkan pemiliknya menjadi orang-orang yang terangkat derajatnya (Qs. Al-Mujadilah: 11). Namun jika disalahgunakan, ilmu pun menjadi malapetaka. Karena yang lahir adalah “pelacuran” intelektualitas. Dan Bal’am adalah contohnya. Di mana, di zaman Rasulullah saja, kerusakan ilmu dan “pelacuran” intelektual sudah ada.

Kejahilan ilmu dan “pelacuran intelektual” seperti Bal’am diibaratkan oleh Allah seperti “anjing”. Kenapa harus anjing? Karena anjing itu bermental penjilat dan pragmatis. Jika dihalau, anjing akan menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan dia akan tetap menjulurkannya lidahnya. Mental penjilat dan pribadi pragmatis –dalam keilmuan—dimana pun sama. Mereka adalah “anjing-anjing” penjilat dan penjual kebenaran, melacurkan ilmu pengetahuan dan intelektualitas mereka. (more…)

Kebenaran yang Hilang: Menghilangkan Kebenaran? [3]

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 3-Habis

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Abdurrahman bin Auf Tidak Pernah Memberontak

Entah dari mana asalnya Farag Fouda bisa mengatakan bahwa Abdurrahman bin Auf hendak mengangkat senjata memberontak Utsman, bahkan dia mempersilakan Ali serta memprovokasi para sahabatnya agar segera memberontak terhadap kekuasaan Utsman. Memang ada sebuah sumber yang disebutkan, yakni sebuah buku karangan Thaha Husain. Tetapi, Thaha Husain sama saja dengan Farag Fouda: sama-sama sekular dan sama-sama hobi mengacak-acak agama. Jadi, jeruk makan jeruk. Bahkan, bisa jadi sumber asal yang dipakai Thaha Husein bukanlah sumber beneran, melainkan hasil imajinasi sesatnya belaka, alias sumber yang asal-asalan.

Terdapat segudang alasan kenapa Abdurrahman bin Auf tidak pernah mempersilakan Ali untuk memberontak, berniat memberontak, dan menyuruh para sahabatnya untuk memberontak terhadap Utsman. Di antaranya, alasan pertama; Abdurrahman bin Auf adalah saudara iparnya Utsman bin Affan. Istri Abdurrahman yang bernama Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu’aith adalah saudara perempuan Utsman bin Affan seibu. Ibu Utsman dan juga ibu Ummu Kultsum adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah.

Meskipun bisa saja antar sesama saudara bermusuhan, namun untuk kasus ini, tampaknya sulit terjadi. Sebab, tidak ada faktor yang membuat Abdurrahman bin Auf harus memusuhi Utsman, dan juga tidak ada riwayat shahih yang mengatakan adanya permusuhan antara Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan.

Alasan kedua; Pada masa Umar, Abdurrahman bin Auf diangkat sebagai pemimpin haji kaum muslimin. Dan pada masa Utsman, Abdurrahman bin Auf juga masih dipercaya oleh Utsman sebagai pemimpin haji kaum muslimin. Artinya, jika Abdurrahman bin Auf menunjukkan sikap perlawanan dan penentangannya terhadap Utsman, tentu Utsman tidak akan memberikan kepercayaan besar ini kepadanya.

Alasan Ketiga; Al-Miswar bin Makhramah menceritakan, bahwa salah satu tanah milik Abdurrahman bin Auf pernah dibeli oleh Utsman bin Affan seharga empat puluh ribu dinar. Oleh Abdurrahman, uang tersebut dibagikan semuanya kepada orang-orang miskin dari Bani Zuhrah, istri-istri Nabi, dan orang-orang yang membutuhkan. Saat Al-Miswar menemui Aisyah untuk memberikan bagiannya, ia bertanya, “Dari siapa ini?” Kata Al-Miswar, “Dari Abdurrahman bin Auf.” Aisyah berkata, “Semoga Allah memberikan minum kepada Ibnu Auf dari mata air surga.” (more…)

Kebenaran yang Hilang: Menghilangkan Kebenaran? [2]

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , , — iaaj @ 8:59 am

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 2

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Keshahihan Hadits Kepemimpinan Quraisy

Pada bagian lain, kekesatan buku Faraq Fouda adalah kelicikannya menggiring pembaca untuk menafikan hadits dengan memelintirkan sejarah. Fouda berkata;

“Karena itu untuk membantah hal ini, tidak ada jalan keluar bagi anda kecuali mencermati kembali kasus perkumpulan Tsaqifah Bani Saidah di kota Madinah. Saat itu, kaum Anshar telah berkumpul untuk mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin mereka setelah mangkatnya Rasulullah. Karena itu, Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah al-Jarrah segera berangkat ke sana untuk mencalonkan Abu Bakar. Ketika itu terjadi polemik panjang antara kedua kubu sampai terpilihnya Abu Bakar. Ketika anda mencermati polemik yang berkembang saat itu, ajaibnya anda tidak menemukan sama sekali penggunaan hadis Nabi. Artinya, kalau hadis itu benar-benar shahih, tidak mungkin Saad bin Ubadah, pemuka Khazraj, akan mencalonkan dirinya untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah. Abu Bakar, Umar, dan al-jarrah, pun mencukupkan diri dengan mempersiapkan perdebatan yang sehat. Mereka tidak menyebut-nyebut hadis sama sekali,19 padahal – jika hadis itu memang ada – itu akan menjadi senjata ampuh yang akan segera mengakhiri polemik.”

Perkataan Fouda, “Karena itu, Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah al-Jarrah segera berangkat ke sana untuk mencalonkan Abu Bakar,” adalah salah satu contoh perkataan ngawur, tidak berdasar, dan tidak berbau ilmiah sama sekali. Sungguh, tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan bahwa kepergian tiga orang tokoh sahabat ke Saqifah Bani Saidah ini untuk mencalonkan Abu Bakar.

Faktanya (al-haqiqah), justru waktu itu Abu Bakar mempersilakan para sahabat untuk memilih salah satu antara Umar atau Abu Ubaidah.
(more…)

Kebenaran yang Hilang Atau Menghilangkan Kebenaran?

Filed under: Seputar pemikiran islam — Tag:, , — iaaj @ 8:56 am

sumber dari hidayatullah.com
[Catatan atas terbitnya buku “Kebenaran yang Hilang” karangan Farag Fouda oleh Yayasan Wakaf Paramadina] Bagian 1

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha*

Belum lama ini, sebuah buku berjudulkarya Farag Fouda berujudul asli al-Haqiqah al-Ghaybah, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Yayasan Wakaf Paramadina. Judulnya, “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin”. Buku ini penuh dengan tuduhan buruk terhadap sahabat Nabi.

Farag Fouda yang dihukumi murtad oleh Syaikh Muhammad Al-Ghazali rahimahullah dan diamini oleh para ulama Al-Azhar ini, mengawali bukunya dengan sebuah mukadimah yang ‘jujur’. Tergambar dengan gamblang di sana, bagaimana niat Fouda sesungguhnya dalam mengarang buku ini; sebuah niat yang buruk.

Setidaknya, terlihat dari bunyi beberapa kalimat pembuka mukadimahnya, “Perbincangan ini nanti akan dikritik oleh banyak orang. Sebab, mereka hanya senang mendengar apa yang disukai. Bagaimanapun, diri ini memang cenderung pada apa yang disukai dan membenarkan apa yang sudah mapan, sehingga ia sulit menerima versi yang lain sekalipun terbukti ia adalah benar… dst.” (more…)

Blog di WordPress.com.